Sabtu, 07 Mei 2011

TORSIO TESTIS

Definisi
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis serta bisa mengakibatkan infark. Torsi testis ini merupakan kasus gawat darurat di bidang urologi dan membutuhkan diagnosis dan intervensi yang cepat untuk menjaga klengsungan hidup dari testis serta memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.

Torsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda (usia 10-30 tahun) dan lebih jarang terjadi pada neonatus. Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun. Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas. Testis kiri lebih sering mengalami torsi dibandingkan dengan testis kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus, 70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.


Etiologi
• Perubahan suhu secara mendadak (saat berenang)
• Ketakutan
• Latihan yang berlebihan
• Batuk
• Celana yang terlalu ketat
• Defekasi
• Trauma yang mengenai skrotum

Patofisiologi
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu torsio intravagina dan ekstravagina. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.
Torsio ekstravagina terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis

Pathogenesis
Otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan system penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan.
Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis,dan iskemia. Akhirnya testis dapat mengalami nekrosis.
Torsio testis lebih sering terjadi pada anak. Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam tunika vaginalis. Akibatnya terjadi gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena sampai iskemia yang menyebabkan gangrene.
Manifestasi klinis dan Diagnosis
Anamnesis
• Pasien biasanya mengeluh nyeri yang sangat hebat dengan onset tiba-tiba dan pembengkakan testis. Nyerinya bisa menyebar ke lipat paha dan perut bagian bawah, sehingga sering dikelirukan dengan appendicitis kecuali jika dilakukan pemeriksaan fisik pada genetalia secara teliti.
• Akut skrotum : nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis.
• pyrexia sangat jarang ditemukan kecuali kalau kemunculannya lambat dan testic mengalami nekrosis.
• Nyeri disertai dengan mual dan muntah
• Pada bayi gejalanya tidak khas yaitu gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui.

Pemeriksaan fisis
• Testis membengkak
• Pada torsio testis yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.
• Skrotum biasanya membengkak dan berwarna merah atau biru.
• Testis yang sakit bisa juga terlihat lebih tinggi dan melintang pada skrotum dibandingkan dengan testis pada sisi yang normal. Pembengkakan itu juga sangat sakit bila disentuh.
• Tingkat usia sering dipakai sebagai kriteria untuk membedakan torsi dengan epididimitis, karena torsi biasanya terjadi pada massa pubertas sedangkan epididimitis sering terjadi pada usia sexual aktif yaitu biasanya lebih dari 20 tahun.
• Pada pemeriksaan fisik Sangat susah untuk membedakan testis dari epididimis karna telah terjadi pembengkakan. Karena alasan ini, keadaan ini sering mengalami salah diagnosis dengan epididimitis
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit
• Pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi
• Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis. Semuanya bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis.
Diagnosis torsi testis dibuat berdasarkan kecurigaan klinis yang diperoleh dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk dengan eksplorasi skrotum. Akan tetapi jika masih meragukan, color Doppler ultrasound atau nuclear testicular scan bisa digunakan untuk membantu dalam menegakan diagnosis.
Pada kasus torsi testis, pemeriksaan Doppler ultrasound tidak ditemukan adanya aliran darah, dan pada pemeriksaan scan radionuclide terjadi radionuclide tracer uptake yang rendah. Sedangkan pada kasus epididymo-orchitis, Doppler ultrasound akan memperlihatkan peningkatan aliran darah, dan radionuclide akan memperlihatkan peningkatan aktivitas radionuclide.
Jika ditemukan riwayat serangan nyeri skrotum dengan onset yang tiba-tiba dan intermiten pada anak laki-laki, diagnosis torsi intermiten dapat dipertimbangkan.


Pengobatan
Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan pemulihan aliran darah ke testis secepatnya. Biasanya keadaan ini memerlukan eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada kemungkinan untuk melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat dilakukan operasi elektif selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering menimbulkan nyeri akut selama manipulasi. Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%). Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif dalam waktu 48 jam.
Analgesik yang adekuat, contohnya pethidine Intra muscular merupakan hal yang sangat essensial.
Perubahan iskemia yang irreversible terjadi setelah 6 jam dari torsi. Jika testis menghitam dan gagal melakukan perbaikan setelah beberapa menit, tindakan bedah perlu dilakukan. Tindakan bedah yang dilakukan segera dalam 4-6 jam setelah terjadinya nyeri, rata-rata testis yang bisa diselamatkan adalah sekitar 90 %. Oleh karena itu, jika data-data untuk menegakan diagnosis berlimpah(dapat dipercaya), Pembedahan tidak boleh ditunda.
Orchiopexy merupakan cara pmbedahan yang bisa digunakan untuk memperbaiki testis pada dinding skrotum dengan tiga poin berbeda. Predisposisi anatomi pada torsi yang mempengaruhi kedua testis; sehingga, Testis kontralateral juga mengalami perbaikan yang sama.
Jika testis menghitam dan gagal melakukan perbaikan setelah beberapa menit, orchidectomy perlu dilakukan. Terdapat bukti yang menyatakan bahwa bisa terjadi kematian testis akibat reaksi imun pada tetis normal yang kontralateral, kemudian selanjutnya bisa berpengaruh pada fungsi hormonal dan spermatogenic pada testis yang berlawanan.
Pada kasus dengan torsi intermiten, pasien dapat dipertimbangkan untuk diberian profilaksis bilateral orchidopexies.

Komplikasi
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.
Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi:
• Infark testis
• Hilangnya testis
• Infeksi
• Infertilitas sekunder
• Deformitas kosmetik

Prognosis
Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat.Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan orchi dectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut.
Keterlambatan intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofitestis


DAFTAR PUSTAKA


Tanagho, Emil A. dan Jack W. McAninch. 2008. Smith’s General Urology 17th ed. Mc Graw Hill
Wein.dkk. 2007. Campbell-Walsh Urology, 9th ed. Saunders. An Imprint of Elsevier
Townsend. 2007. Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. Saunders, An Imprint of Elsevier
Bunicardi, F.Charles. dkk.2007. Schwartz's Principles of Surgery 8th edition. McGraw-Hill Companies
Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto : 2009
Sjamsuhidajat, R., De jong, wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC : 2005.

1 komentar: